Rabu, 28 Januari 2009

Mampukah Kita Mencintai Tanpa Syarat?

Cerita ini aku dapet dari temenku,,, setiap aku baca cerita ini aku pasti nangis....



Ceritanya seperti ini :

Dilihat dari usianya beliau sudah tidak muda lagi, usia yang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, Pak Suyatno 58 tahun kesehariannya diisi dengan merawat istrinya yang sakit, istrinya juga sudah tua.

Mereka menikah sudah lebih dari 32 tahun.

Mereka dikarunia 4 orang anak. Di sinilah awal cobaan menerpa, setelah istrinya melahirkan anak keempat, tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan, hal itu terjadi selama 2 tahun. Menginjak tahun ketiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnya pun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari Pak Suyatno memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi, dan mengangkat istrinya ke atas tempat tidur.

Sebelum berangkat kerja dia letakkan istrinya di depan TV supaya istrinya tidak merasa kesepian.

Walau istrinya tidak dapat bicara tapi dia selalu melihat istrinya tersenyum, untunglah tempat usaha Pak Suyatno tidak begitu jauh dari rumahnya sehingga siang hari dia pulang untuk menyuapi istrinya makan siang. Sorenya dia pulang memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian.

Walaupun istrinya hanya bisa memandang tapi tidak bisa menanggapi, Pak Suyatno sudah cukup senang bahkan dia selalu menggoda istrinya setiap berangkat tidur.

Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun, dengan sabar dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan keempat buah hati mereka, sekarang anak-anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yang masih kuliah.

Pada suatu hari keempat anak Pak Suyatno berkumpul dirumah orang tua mereka sambil menjenguk ibunya. Karena setelah menikah, maka mereka tinggal dengan keluarga masing-masing, Pak Suyatno memutuskan bahwa ialah yang merawat istrinya, yang dia inginkan hanya agar semua anaknya berhasil.

Dengan kalimat yang cukup hati-hati anak yang sulung berkata, " Pak, kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kecil kami melihat bapak merawat ibu, tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak......bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu."

Dengan air mata berlinang anak itu melanjutkan kata-katanya, "Sudah yang keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak dengan berkorban seperti ini? Kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji kami akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian."

Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anak mereka.

"Anak-anakku.........Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah.....Tapi ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup, telah melahirkan kalian....” Sejenak kerongkongannya tersekat. “Kalian yang selalu ku rindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun.”

“Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaannya seperti ini.”

“Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah batin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaannya sekarang? Kalian menginginkan bapak yang masih diberi Tuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit?"

Tak lama kemudian meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, mereka pun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Bu Suyatno, dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu.....

Sampai akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan mereka pun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat istrinya yang sudah tidak bisa apa-apa.....

Pada saat itulah meledak tangis beliau dan tamu yang hadir di studio yang kebanyakan kaum perempuan dan mereka pun tidak sanggup menahan haru....

Pak Suyatno bercerita, "Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi (memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian) adalah kesia-siaan.

Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat. Dia pun dengan sabar merawat saya mencintai saya dengan hati dan batinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 orang anak yang lucu-lucu..... Sekarang dia sakit karena berkorban untuk cinta kita bersama....dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehat pun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit..."



Awwww..... so sweet...... Aku juga mau dicintai seperti itu........



Akankah saia menemukan orang seperti Pak Suyatno?


0 komentar:

Posting Komentar